(Ambin Demokrasi) MAMA KHAS BANJAR; “MEMILIH MATI” Oleh: Noorhalis Majid

Kabarborneoraya.com : Banjarmasin Karena tidak tahan berbagai tekanan entah dari mana datangnya, akhirnya Mama Khas Banjar, UMKM yang merintis usahanya dari nol tersebut, memilih mati. Persis 1 Mei, ketika hari buruh dikumandangkan di seluruh dunia, pemiliknya mengumumkan bahwa usaha mereka tutup. 

Apa untungnya bagi para penekan, hingga membuat UMKM tidak nyaman dalam berusaha? Mungkin hanya “kepuasan”. Puas seolah berhasil menegakkan aturan setegak-tegaknya. Puas karena sudah berhasil menuntut sedemikian rupa, hingga UMKM yang dianggap musuh, menyerah terkapar tidak tahan. Dan mungkin puas, sebab mampu membuktikan bahwa kami berkuasa, kami hebat. Di luar dari “kepuasan” tersebut, rasanya tidak ada sedikitpun yang disebut untung. 

Tidakkah terpikir oleh para penuntut, betapa besar kerugian bila satu saja UMKM mati karena tidak tahan oleh tekana-tekanan dalam berusaha. Karyawannya di rumahkan, padahal UMKM itu pahlawan yang telah membuka lapangan pekerjaan. Sedangkan pemerintah, sedikit pun tidak mampu membuka lapangan pekerjaan. Mestinya, semua yang berhasil membuka lapangan pekerjaan, terutama UMKM yang jumlahnya sangat besar, diberikan apresiasi dan pengharaan. 

Bandingkan lapangan pekerjaan yang mampu diserap UMKM. Boleh bandingkan dengan pemerintah atau perusahaan besar sekali pun. Jumlahnya tidak sebanding, jauh lebih besar yang mampu diserap UMKM. Lantas kenapa dimatikan? 

UMKM juga terbukti berungkali menjadi pahlawan roda ekonomi masyarakat. Baca saja sejumlah penelitian ilmiah, UMKM lah yang berhasil memutar roda ekonomi di tingkat bawah, bahkan pada saat krisis ekonomi melanda, termasuk saat pandemi. Ketika satu UMKM dibunuh, maka satu bagian dari roda ekonomi itu berhenti berputar.

Tidakkah pula terpikir, tutupnya satu UMKM, telah memberi efek besar bagi ketakutan warga membuka usaha. Mama Khas Banjar yang memilih mati, telah berhasil mengirim pesan, bahwa UMKM itu saat kecil nampaknya dibina, namun bila sudah tumbuh agak besar akan ada yang memikirkan untuk dibinasakan, disembelih dengan berbagai ketentuan, termasuk sistem perizinan, sistem hukum yang picik, berbagai aturan yang semakin rumit, serta pajak berlapis, yang membuat usaha jenis apapun tidak mampu berkembang leluasa.

Memilih mati, adalah pesan bahwa ternyata pemerintah tidak mampu melindungi UMKM dari tekanan yang tidak penting, yang sekedar memenuhi kepuasan. (nm)

Posting Komentar

0 Komentar