Kabarborneoraya.com : Banjarmasin Satu Lompatan pengembangan ilmu pengetahuan terus bergerak dinamis di Kalsel.Kali ini satu hasil pengembangan penelitian perguruan tinggi membuktikan bisa mendeteksi awal jenis kelamin itik Alabio.
Penelitian spesial ini dilakukan Tim peneliti dari Politeknik Negeri Banjarmasin (POLIBAN). Tim yang diawaki Akademisi seperti Heldiansyah, Adi Pratomo, Mey Risa, Agus Irawan, Ronny Mantala, serta Muchtar Salim, berhasil mengembangkan sistem deteksi otomatis jenis kelamin itik Alabio usia sehari (Day-old Duck/DoD) menggunakan teknologi kecerdasan buatan. Inovasi ini penting dalam industri peternakan itik Alabio yang merupakan plasma nutfah unggulan Kalimantan Selatan.
Kepada awak media, Ketua Tim Peneliti, Heldiansyah mengungkapkan penelitian bertujuan mengatasi permasalahan yang dihadapi industri pembibitan itik.
Heldiansyah menyebutkan penelitian ini merancang sistem deteksi otomatis jenis kelamin itik Alabio usia sehari berbasis kecerdasan buatan yang dapat mengatasi permasalahan keterbatasan tenaga ahli sexing, risiko stres cedera pada DoD akibat penanganan fisik, dan waktu pemrosesan lama untuk sexing skala besar.
Penelitian yang dilakukan di BPTU-HPT Pelaihari memanfaatkan teknologi Convolutional Neural Network (CNN) dengan menganalisis spektrogram suara anak itik. Metode ini terbukti non-invasif dan tidak menimbulkan stres pada itik, berbeda dengan metode konvensional vent sexing yang selama ini digunakan.
"Itik Alabio merupakan komoditas strategis dengan populasi mencapai 4,5 juta ekor pada tahun 2023. Ketepatan dalam penentuan jenis kelamin memiliki dampak signifikan terhadap efisiensi operasional dan arah pengembangan usaha, baik untuk produksi petelur maupun pedaging," terang Heldiansyah.
Dalam penelitian ini, sampel suara dari 200 DoD itik Alabio (100 jantan dan 100 betina) direkam dalam kondisi terkontrol menggunakan mikrofon kondenser dengan frequency response 20 Hz-20 kHz. Data suara kemudian diproses dan diubah menjadi spektrogram untuk dianalisis oleh algoritma CNN.
“Hasil pengujian menunjukkan sistem yang dikembangkan mampu mendeteksi jenis kelamin itik Alabio usia sehari dengan tingkat akurasi mencapai 80%,” sebut Heldianysah.
Catatan penting lainnya adalah dibandingkan dengan metode konvensional, sistem ini memiliki kelebihan dalam hal kecepatan yaitu 5 detik per sampel dibanding, tidak ada risiko cedera, tingkat stres minimal pada DoD, kebutuhan tenaga ahli sexer minimal, skalabilitas tinggi, dan biaya operasional yang lebih rendah dalam jangka panjang.
“Sistem ini berpotensi untuk terus dikembangkan agar memberikan manfaat bagi industri pembibitan itik. Peluang implementasi teknologi kecerdasan buatan sangat menjanjikan dalam mendukung pengembangan industri peternakan itik Alabio sebagai komoditas unggulan daerah Kalimantan Selatan,” bebernya lagi.
Sekedar diketahui penelitian ini merupakan bagian dari Program Katalisator Kemitraan Berdikari yang didanai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Tahun 2024.
Teknologi ini dapat meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha peternakan itik Alabio di Provinsi Kalimantan Selatan, sekaligus menjadi model penerapan teknologi kecerdasan buatan dalam bidang peternakan...(Kbr)
0 Komentar